Islam is My Way
Lakukan Sesuatu dan Jadilah yang Terbaik
Sabtu, 01 Februari 2014
Selasa, 31 Desember 2013
Membaca Sayyidina Ketika Bershalawat atas Nabi
Menambah lafazh "sayyid" sebelum menyebut nama Nabi adalah hal
yang diperbolehkan karena kenyataannya beliau memang Sayyid al 'Alamin ;
penghulu dan pimpinan seluruh makhluk. Jika Allah ta'ala dalam al Qur'an
menyebut Nabi Yahya dengan :
... وسيدا وحصورا ونبيا من الصالـحين (سورة آل عمران : 39 )
لا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا ... (سورة النور : 63)
Padahal Nabi Muhammad lebih mulia daripada Nabi Yahya. Ini berarti
mengatakan sayyid untuk Nabi Muhammad juga boleh, bukankah Rasulullah sendiri
pernah mengatakan tentang dirinya :
" أنا سيد ولد ءادم يوم القيامة ولا فخر
" رواه مسلم و احمد
Maknanya : "Saya adalah penghulu manusia di hari kiamat" (H.R. Muslim dan Ahmad)
Jadi boleh mengatakan " اللهم صل على سيدنا محمد " meskipun tidak
pernah ada pada lafazh-lafazh shalawat yang diajarkan oleh Nabi (ash-Shalawat
al Ma'tsurah). Karena menyusun dzikir tertentu; yang tidak ma'tsur boleh selama
tidak bertentangan dengan yang ma'tsur. Sayyidina umar dalam hadits yang
diriwayatkan oleh imam Muslim menambah lafazh talbiyah dari yang sudah
diajarkan oleh Nabi, lafazh talbiyah yang diajarkan oleh Nabi adalah :
" لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد
والنعمة لك والملك ، لا شريك لك "
Umar menambahkan :
"لبيك اللهم لبيك وسعديك ، والخير في يديك، والرغباء
إليك والعمل"
Ibnu Umar juga menambah lafazh tasyahhud menjadi :
" أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له "
Ibnu Umar berkata : " وأنا زدتها " ; "Saya yang menambah وحده لا شريك له ". (H.R. Abu Dawud)
Karena itulah al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al Bari, Juz. II, hlm. 287
ketika menjelaskan hadits Rifa'ah ibn Rafi', Rifa'ah mengatakan : Suatu hari
kami sholat berjama'ah di belakang Nabi shallallahu 'alayhi wasallam, ketika
beliau mengangkat kepalanya setelah ruku' beliau membaca : سمع الله لمن حمده , salah seorang makmum
mengatakan: " ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه " , maka ketika
sudah selesai sholat Rasulullah bertanya : "Siapa tadi yang mengatakan
kalimat-kalimat itu ?" , Orang yang mengatakan tersebut menjawab: Saya ,
lalu Rasulullah mengatakan :
" رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أول"
Maknanya : "Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba untuk
menjadi yang pertama mencatatnya".
al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : "Hadits ini adalah dalil yang
menunjukkan;
-
Bolehnya menyusun dzikir di dalam sholat yang tidak
ma'tsur selama tidak menyalahi yang ma'tsur.
-
Boleh mengeraskan suara berdzikir selama tidak mengganggu
orang di dekatnya.
-
Dan bahwa orang yang bersin ketika sholat boleh
mengucapkan al Hamdulillah tanpa ada kemakruhan di situ". Demikian
perkataan Ibnu Hajar.
Jadi boleh mengatakan " اللهم صل على سيدنا محمد " dalam sholat sekalipun karena tambahan kata
sayyidina ini tambahan yang sesuai dengan asal dan tidak bertentangan
dengannya.
Senin, 09 Desember 2013
Izrail Masukkan Roh Ke Badan Adam AS
Dijadikan pada tubuh Adam ada sembilan rongga atau
liang. Tujuh buah liang di kepala, dan dua buah liang di bawah badan letaknya.
Tujuh buah letaknya di kepala: Dua liang mata, dua liang telinga, dua liang
hidung, dan sebuah liang mulut. Yang dua macam di bawah: Sebuah liang kemaluan
dan liang dubur.
Dijadikan pula lima buah panca indera:
1. Mata alat
penglihatan.
2. Hidung alat
penciuman.
3. Telinga alat
pendengaran.
4. Mulut alat
perasa manis, masin dan sebagainya.
5. Anggota tubuh
lainnya seperti kulit, telapak tangan, untuk perasa, halus, kasar, dan
sebagainya.
Ketika Allah akan jadikan Adam, tanah itu dicampuri air
tawar, air masin, air hanyir, angin dan api. Kemudian Allah resapkan Nur
kebenaran dalam diri Adam dengan berbagai macam "Sifat”. Lalu tubuh Adam
itu digenggam dengan genggaman "Jabarut" kemudian diletakkan di dalam
"Alam Malakut."
Sesungguhnya tanah yang akan dijadikan "Tubuh
Adam" adalah tanah pilihan. Maka sebelum dijadikan patung, tanah itu
dicampurkan dengan rempah-rempah, wangi-wangian dari Nur Sifat Allah, dan disirami
dengan air hujan "Bahrul-Uluhiyah." Kemudian tubuh itu dibenamkan dengan
air "Kudral- 'lzzah-Nya," yaitu sifat "Jalan dan Jammal",
lalu diciptakan menjadi tubuh Adam yang sempurna.
Coba perhatikan fiman Allah dalam surah Ad-Dahr, ayat
satu sebagaimana yang berbunyi sebagai berikut: "Apakah tidak datang
kepada manusia khabar berita suatu zaman yang tidak dapat disebut-sebutkan
menurut perhitungan manusia?"
Yang maksudnya Allah ciptakan alam semesta dan temasuk
Adam dalam waktu yang sangat lama, yang tidak dapat ditaksir dan dikira-kira
menurut perhitungan manusia zaman sekarang.
Menurut keterangan ulama, ketika tubuh Adam
diselubunginya dalam waktu 120 tahun, 40 tahun di tanah yang kering, 40 tahun
di tanah yang basah, dan 40 tahun yang hitam dan berbau. Kemudian Allah rubah
tubuh Adam dengan rupa kemuliaan. Maka tertutuplah pemandangan mata malaikat
daripada melihat hakikat yang sebenamya. Mereka memandang rendah akan bakal
kejadian Adam lantaran menurut penglihatan yang nyata asal kejadian Adam. Tiada
lain sebabnya dari kurang makrifat mereka. Memang para malaikat telah
mengetahui bahwa Adam ini akan menjadi khalifah Tuhan di dunia. Sudah tentu
mereka merasa heran, mengapa orang yang akan menjadi khalifah Tuhan demikian
asal kejadiannya. Sedangkan bangsa malaikat asal kejadian mereka dari cahaya.
Demikian pula roh, ketika itu diperintah masuk ke dalam
tubuh Adam, ia pun merasa enggan. Segan dan malas untuk masuk ke tubuh Adam
yang masih merupakan patung yang kini sudah mengeras seperti batu. Roh itu
bukan masuk, malah ia berputar-putar, mengelilingi patung Adam yang terlantar
di situ dikelilingi malaikat yang menyaksikan seperti Jibril, Mikail, Israfil,
Izra'il dan lain-lain malaikat lagi.
Kemudian Allah menyuruh malaikat Izra'il untuk memaksa
roh itu masuk ke dalam tubuh Adam. Akhirnya mau tidak mau roh itu menyerah
kepada Izra' il.
Ia dimasukkan ke dalam tubuh Adam, lalu roh itu masuk
perlahan-lahan sehingga ke kepalanya yang mengambil masa selama 200 tahun.
Demikianlah Allah memberi kekuatan kepada Izra'il untuk memasukkan roh ke dalam
tubuh Adam. Dahulu Izra'il ditugaskan mengambil tanah untuk Adam, dan kini dia
pula ditugaskan untuk mencabut nyawa umat manusia.
Setelah ia meresap ke kepala Adam, maka terjadilah otak
dan tersusunlah urat-urat sarafnya dengan sempurna. Kemudian terjadilah matanya
seketika itu matanya terus terbuka melihat dan melirik ke kiri dan ke kanan.
Dan juga melihat ke bawah di mana sebagian dari badannya masih merupakan tanah
keras. Dilihatnya kiri dan kanan para malaikat yang sedang menyaksikan kejadian
dia. Ketika itu telinga Adam telah dapat mendengar para malaikat mengucap
tasbih memuji kebesaran Allah, dengan bemacam-macam ucapan kalimat tasbih
dengan suara merdu dan mengasikkan.
Kemudian ketika roh sampai ke hidungnya lalu ia bersin,
serta mulutnya terbuka. Ketika itu Allah ajarkan mengucap Alhamdulillah. Itulah
ucapan Adam pertama kali ke hadirat Allah. Lalu Allah berkata:
"Yarkhamukallaah" yang artinya: "Semoga engkau diberi rahmat
Allah."
Oleh karena itu jika orang bersin menjadi ikutan sunat
mengucap: "Alhamdulillah" dan orang yang mendengarnya sunat mengucap:
Yarkhamukallaah."
Kemudian ketika roh sampai pada dadanya, tiba-tiba saja
ia ingin bangun. Padahal sebagian badannya ke bawah masih menjadi tanah keras.
Di sini menunjukkan sifat manusia yang suka tergesa-gesa (tidak sabar).
Sebagaimana fiman Allah SWT maksudnya: "Dan adalah manusia itu, suka
tergesa-gesa."
Maka ketika roh itu sampai di bagian perutnya maka
terjadilah susunan isi perut dengan sempurna. Maka seketika itu terasalah
lapar. Kemudian terus roh itu meresap sampai ke seluruh tubuh Adam, tangan,
kaki, lalu terjadi darah daging dan tulang, urat-urat, berkulit dengan
sempurna, yang mana kulit itu kian lama kian bagus dan halus. Begitulah proses
kejadian-kejadian tubuh Adam.
Menurut riwayat ketika Adam masih berada di Surga sangat
baik sekali kulitnya. Tidak seperti warna kulit kita sekarang ini. Kerana
setelah Adam diturunkan ke dunia, terjadilah perubahan warna kulitnya. Sebagai
peringatan, yang masih tertinggal warnanya hanya pada kuku manusia. Hal ini kita
biasa lihat meskipun orang kulitnya hitam, tapi warna kuku adalah sama, ialah
putih kemerah-merahan.
Suatu keterangan bahwa Nabi Adam dikenali dengan gelaran
Abul-Basyar: (Bapa segala Manusia) dan Nabi Muhammad SAW pula dengan gelaran
"Abul Ruh" atan "Abul Arwah" (Bapa segala roh).
Setelah kejadian Adam sempurna sebagal manusia, maka
dialah merupakan jenis makhluk manusia yang pertama. Wajahnya cukup indah,
semua malaikat berasa kagum lihat Adam yang begitu menawan. Mereka sama sekali
tidak menyangka bahwa makhluk yang asalnya dari tanah kini kelihatan indah dan
menawan.
Kemudian Adam dipakaikan dengan pakaian kebesaran dari
surga dengan mahkota yang bertahta intan berlian yang menambahkan lagi
keagungannya sebagai seorang raja atau khalifah. Setelah itu Adam duduk di atas
kursi keemasan yang bertahta permata sambil dikelilingi oleh para malaikat.
Kemudian setelah Adam duduk di atas kursi itu, lalu dia di usung oleh empat
orang malaikat serta diiringi oleh ribuan malaikat untuk diperkenalkan kepada
penghuni di langit yang pertama sehingga ke langit yang ke tujuh sampailah ke surga.
Menurut riwayat mengatakan Adam diarak oleh malaikat
selama lebih kurang 100 tahun. Setelah itu barulah Adam dibawa ke surga yaitu
tempat Adam mula-mula dijadikan.
Kemudian datanglah Jibril membawa seekor kuda dari surga
yang berwarna hijau muda serta bersayap. Baunya sangat harum serta dapat
berkata-kata seperti manusia. Di belakang kuda itu terdapat tempat duduk yang lebar.
Jibril memegang tali pemacu, Mikail duduk di sebelah kanan Adam manakala
Israfil pula duduk di sebelah kiri beliau.
Diceritakan di mana saja Adam pergi dia selalu
mengucapkan "Assalamualaikum" yang mana ia dijawab oleh setiap para
malaikat dengan "Waa'alaikum salam."
A. Muslimin
Rabu, 04 Desember 2013
Mencari Jati Diri
Apabila seorang hamba Allah
mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia coba mengatasinya dengan
upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya
kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada dokter. Bila hal
ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi
Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia
mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian
pula bila ia berhasil kerana sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang
Khaliq.
Kemudian apabila tidak juga
memperoleh pertolongan dari Allah, maka dipasrahkan dirinya kepada Allah, dan
terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan
harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia
letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian kecewa
terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba
Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktivitas dan upaya
duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.
Pada peringkat ini, tiada
terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan
sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat
keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan
mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali
Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan,
tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada pula
menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada
kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali kerana
ALLAH.
Maka di hadapan Allah, ia
bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat
pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak
berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam
kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak
didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu
itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia
mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka dikaruniailah dia
dengan kurnia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan
ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu
pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan
senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha
Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya,
berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan
diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju
kepada-Nya.
Senin, 02 Desember 2013
Jibril Mengajar Nabi Nuh membuat Kapal
A. Muslimin
Di saat kaum
Nuh melakukan tipu daya untuk membinasakan Nabi Nuh as maka Allah membinasakan
mereka semua iaitu dengan mengeluarkan daripada bumi air yang sangat panas dan
mencurahkan dari langit air yang sangat sejuk dan mendatangkan angin taufan
yang sangat dahsyat di keliling mereka, saat itu binasalah musuh-musuh Nabi Nuh
dan selamatlah Nabi Nuh berserta pengikut-pengikutnya yang beriman.
Firman Allah
SWT yang bermaksud:
“Maka Kami
selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersertanya di dalam kapal yang penuh
muatan.”
(Asy-Syu’ara’:
119)
Kaum Nuh ingin
mengeluarkan Nabi Nuh as. daripada tengah-tengah mereka. Kemudian Allah SWT
melakukan tipu daya terhadap mereka. Dan Allah mengeluarkan daripada langit air
yang sangat sejuk dan memancarkan air daripada bumi dengan air yang sangat
panas.
Firman Allah
SWT yang bermaksud:
“Maka Kami
bukakan pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang mencurah-curah. Dan Kami
jadikan bumi memancar mata air-mata air maka bertemulah air-air itu satu urusan
yang sungguh telah ditetapkan.”
(Al-Qamar:
11-12)
Ketika masa
azab yang telah ditentukan oleh Allah SWT itu hampir tiba, Allah mengutus
Malaikat Jibril as untuk menemui Nabi Nuh as mengajarkan kepada beliau
cara-cara menukang kayu, dan Jibril mengatakan bahawa Allah menyuruh Nabi Nuh
membuat sebuah kapal.
Firman Allah
SWT yang bermaksud:
“Dan buatlah
bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami.”
(Hud: 37)
Kemudian Nabi
Nuh berkata: “Bagaimana cara membuat kapal tersebut? Jibril menjawab:
“Potonglah 124000 keping papan, dan pada tiap-tiap keping papan itu tertulis
nama Nabi.” Nabi Nuh menjawab: “Sesungguhnya saya tidak mengetahui seluruh
nama-nama Nabi tersebut? Allah berfirman: “Wahai Nuh, tugas memotong papan itu
adalah tugasmu, sedangkan menyatakan nama-nama nabi itu, Akulah yang akan
melakukannya.”
Kemudian Nabi
Nuh pun memotong kepingan papan yang pertama, maka kelihatan nama Nabi Adam as.
Pada kepingan yang kedua nampak nama Syaits as. Pada kepingan papan yang ketiga
nampak nama Idris as. Pada kepingan papan yang keempat nama Nuh as. Demikianlah
seterusnya, setiap kali Nabi Nuh selesai memotong papan tersebut maka nampaklah
nama seorang Nabi pada papan itu. Yang paling akhirnya adalah Nabi Muhammad
SAW, sebagai penutup nabi-nabi, penghias orang orang suci dan penyuluh para
wali.
Setelah itu
Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk menyiapkan paku-pakunya. Pada setiap paku
tercantum nama salah seorang Nabi. Setelah Nabi Nuh as menyiapkan paku, lalu
beliau menyatukan kepingan-kepingan papan tersebut dan memakunya. Orang-orang
kafir yang melihat pekerjaan Nabi Nuh itu mengejek dan menghinanya. Hal ini
dinyatakan Allah SWT dalam firmanNya yang bermaksud:
“Dan mulailah
Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh,
mereka mengejeknya. Berkatlah Nuh: “Jika engkau mengejek kami, maka
sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalina mengejek (kami).”
(Hud: 38)
Itulah sebagai
peringatan yang diberikan oleh Allah, kerana ketika Allah nampakkan nama-nama
kekasih-Nya pada kepingan papan itu, maka Allah selamatkan papan itu dan
penumpangnya daripada badai dan taufan. Dan ketika Allah menampakkan pada hati
orang-orang beriman kecintaan kepada Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya,
maka Allah selamatkan pula mereka daripada seksaan api Neraka.
Dalam sebuah
kisah diceritakan, bahawa ada yang bertanya kepada Abdullah bin Abbas ra.
“Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan kami daripada api neraka dan dapat
memasukkan kami ke dalam Syurga?”
Ibnu Abbas
menjawab: “Hendaklah kamu semua melakukan lima belas perkara. laitu lima dengan
lisan, lima dengan anggota badan dan lima dengan hatimu.
Lima dengan
lisan itu adalah mengucap kalimah:
Subhanallah,
Alhamdulillah, La ilahaillallah, Allahuakhbar, Lahaulawala quwata illa billahil
‘aliil adzhim
Lima dengan
anggota badan iaitu solat lima waktu:
Isyak, Subuh, Zohor,
Asar, Maghrib.
Lima dengan
hati iaitu mencintai lima orang yang dicintai Allah SWT Rasulullah dan sahabat
yang empat.
Nabi Muhammad
SAW, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.
Kamis, 28 November 2013
KEHUJJAHAN IJMA’
A. Muslimin
Para ulama Ahlussunnah menyepakati
bahwa ijma' (kesepakatan) para ahli ijtihad adalah perkara yang haqq, dan orang
yang menyalahinya telah tersesat karena ummat Islam tidak akan bersepakat
(bersatu) dalam kesesatan. Telah diriwayatkan dengan sahih bahwa sahabat Abu
Mas'ud al Badri –semoga Allah meridlainya-
mengatakan :
" إن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة
" (رواه الحافظ ابن حجر)
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mempersatukan ummat Muhammad di atas kesesatan" (H.R. Ibnu Hajar)
Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas
ibn Malik bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alayhi
wasallam bersabda :
"إن أمتي لا تجتمع على ضـلالة ، فإذا رأيتم
اختلافا فعليكم بالسـواد الأعظم "
Maknanya: "Sesungguhnya ummatku
tidak akan bersatu atas suatu kesesatan, jadi jika kalian melihat adanya
perpecahan bergabunglah dengan jumlah yang mayoritas di antara mereka".
At-Turmudzi juga meriwayatkan dari
Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :
"إن الله لا يجمع أمتي" أو قال:
"أمة محمد على ضلالة ، ويد الله مع الجماعة ، ومن شذ شذ إلى النار "
Maknanya : "Sesungguhnya Allah
tidak akan mempersatukan ummat-Ku (atau beliau berkata Ummat Muhammad) di atas
kesesatan, Allah senantiasa melindungi
al Jama'ah -kelompok mayoritas- dan barang siapa memisahkan diri (dari
mayoritas) maka ia akan terpisah di neraka".
Hadits ini menunjukkan
bahwa bersatu (berkumpul)-nya kaum muslimin adalah sesuatu yang menghasilkan
kebenaran dan yang dimaksud dengan bersatu-nya kaum muslimin adalah ijma'-nya
para ulama'.
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam
at-Talkhish al Habir : "Perkataan ar-Rafi'i : Dan ummat Muhammad
terpelihara (maksum) dan tidak akan bersatu atas suatu kesesatan. Ini terdapat
dalam hadits yang masyhur, memiliki banyak jalur (thariq) yang masing-masing
tidak lepas dari kritik. Di antaranya jalur yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dari Abu Malik al Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam
bersabda:
" إن الله أجاركم من ثلاث خلال : أن لا يدعو
عليكم نبيكم لتهلكوا جميعا ، وأن لا يظهر أهل الباطل على أهل الحق ، وأن لا يجتمعوا
على ضلالة ".
Maknanya : "Sesungguhnya Allah
melindungi (menyelamatkan) kalian dari tiga hal : bahwa Nabi kalian tidak akan
mendoakan agar kalian musnah semuanya, ahlul bathil tidak akan pernah
mengalahkan ahlul haqq dan kalian tidak akan bersatu di atas kesesatan".
Dalam sanad hadits ini
terdapat inqitha' (keterputusan sanad).
At-Tirmidzi dan al Hakim juga
meriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu' bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi
wasallam bersabda:
" لا تجتمع هذه الأمة على ضلال أبدا "
Maknanya : "Ummat ini tidak akan
bersatu di atas kesesatan, selamanya".
Dalam hadits ini
terdapat Sulaiman ibn Sufyan al Madani, seorang perawi yang dla'if. Al Hakim
meriwayatkan beberapa syahid untuk hadits ini.
Mungkin juga digunakan sebagai
dalil untuk masalah ini hadits Mu'awiyah yang marfu' :
"لا يزال من أمتي أمة قائمة بأمر الله لا
يضرهم من خذلهم ولا من خالفهم حتى يأتي أمر الله " أخرجه الشيخان
Maknanya : "Akan senantiasa ada
di antara ummat ini golongan yang melaksanakan ajaran Allah dengan sempurna,
tidak berbahaya bagi mereka orang yang tidak memperdulikan atau menyalahi
mereka hingga tiba hari kiamat". (H.R. al Bukhari dan Muslim)
Dalil yang bisa diambil
dari hadits ini bahwa dengan adanya kelompok ini yang melaksanakan semua
perintah Allah dengan sempurna hingga tiba hari kiamat tidak akan terjadi
kesepakatan di atas kesesatan.
Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan
dari Yasiir bin 'Amr, ia berkata : Kami mengantar Ibnu Mas'ud ketika pergi
meninggalkan Madinah, Ibnu Mas'ud singgah sebentar di jalan menuju al
Qadisiyyah lalu masuk kebun dan buang air, kemudian ia berwudlu' dan mengusap
dua kaos kakinya kemudian keluar dan janggutnya masih menetes air darinya, lalu
kami berkata kepadanya : Berilah pesan terpenting bagi kami, karena orang sudah
banyak yang terjatuh dalam fitnah dan
kami tidak tahu apakah kami akan bertemu denganmu lagi atau tidak !, Kemudian
Ibnu Mas'ud mengatakan :
" اتقوا الله واصبروا حتى يستريح بر أو يستراح
من فاجر ، وعليكم بالجماعة فإن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة "
"Bertakwalah kepada Allah hingga
orang yang baik tenang (tidak terganggu) atau orang yang jahat diambil oleh
Allah, dan tetaplah bersatu dengan al Jama'ah karena Allah tidak akan
menyatukan ummat Muhammad di atas kesesatan".
Sanad hadits ini sahih,
dan hal semacam ini tidak mungkin dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dari pendapat
pribadinya, malainkan diambil dari Rasulullah shallallahu 'alayhi
wasallam. Hadits ini juga diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah dengan jalur lain dari Nu'aym ibn Abi Hind bahwa Abu
Mas'ud keluar meninggalkan Kufah, maka beliau mengatakan :
"وعليكم بالجماعة فإن الله لم يكن ليجمع
أمة محمد على ضلال "
"Dan tetaplah bersatu dengan al
Jama'ah karena Allah tidak akan menyatukan ummat Muhammad di atas
kesesatan".
Ad-Darimi juga meriwayatkan dari
'Amr ibn Qays secara marfu' :
" نحن الآخرون ونحن السابقون يوم القيامة
"وفي آخره : "وإن الله وعدني في أمتي وأجارهم من ثلاث : لا يعمهم بسنة ،
ولا يستأصلهم عدو ، ولا يجمعهم على ضلالة ".
Maknanya : "Kami adalah ummat
yang terakhir dan paling awal masuk surga di hari kiamat" , dan di akhir
hadits ini : "Dan sesungguhnya Allah berjanji kepadaku untuk ummatku dan
melindungi mereka dari tiga hal : tidak terkena kelaparan yang merata, tidak
akan dihabisi oleh musuh dan tidak akan disatukan di atas kesesatan".
(H.R. ad-Darimi)
Al Imam Ahmad meriwayatkan dalam
Musnad-nya dari Abu Dzarr secara marfu' bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi
wasallam bersabda:
" اثنان خيـر من واحد وثلاث خيـر من اثنين
وأربعة خيـر من ثلاثة ، فعليكم بالجماعة فإن الله عز وجل لن يجمع أمتي إلا على هدى "
Maknanya : "Dua orang lebih
selamat dari jika orang sendirian, tiga orang lebih baik dari dua orang dan
empat orang lebih baik dari tiga, jadi tetaplah bersatu dengan al Jama'ah
karena Allah tidak akan menyatukan ummat-ku kecuali di atas petunjuk dan kebenaran".
Kebenaran ijma' ini juga telah
dijelaskan oleh sekian banyak ulama Ahlussunnah dan mereka menegaskan bahwa
ijma' tidaklah khusus terjadi pada masa sahabat saja. Di antara para ulama
tersebut adalah al Imam asy-Syafi'i, ath-Thahawi, as-Subki, az-Zarkasyi, al
Khathib al Baghdadi, al Asfarayini, Ibnu Amiir al Hajj dan lain-lain.
Bahkan telah dinukil dengan sahih
bahwa al Imam Ahmad menukil ijma' dalam beberapa masalah sebagaimana dinyatakan
oleh al Imam Ibnu al Mundzir, al Hafizh Ibn al Jawzi dan lainnya.
Allah ta'ala berfirman :
)ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع
غيـر سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيـرا (سورة النساء : 115
)
Maknanya: “Dan barang siapa yang
menentang Rasulullah setelah jelas baginya kebenaran dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang mukmin, maka kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang ia
kuasai itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan
ia ke dalam neraka jahannam. Dan jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali”
(Q.S. an-Nisa: 115)
Al Qurthubi mengatakan
dalam Tafsir-nya : "Para ulama' mengatakan tentang ayat ini : ayat ini
adalah dalil kebenaran mengikuti ijma'". Ibnu Katsir mengatakan dalam
Tafsir-nya: "Yang dijadikan referensi oleh al Imam asy-Syafi'i dalam
berhujjah bahwa ijma' adalah hujjah yang
haram untuk disalahi adalah ayat ini, ini beliau temukan setelah merenung dan
berfikir lama. Ini termasuk istinbath yang sangat bagus dan sangat kuat".
Langganan:
Postingan (Atom)