Selasa, 31 Desember 2013

Membaca Sayyidina Ketika Bershalawat atas Nabi

Menambah lafazh "sayyid" sebelum menyebut nama Nabi adalah hal yang diperbolehkan karena kenyataannya beliau memang Sayyid al 'Alamin ; penghulu dan pimpinan seluruh makhluk. Jika Allah ta'ala dalam al Qur'an menyebut Nabi Yahya dengan :
... وسيدا وحصورا ونبيا من الصالـحين   (سورة آل عمران : 39 )
لا تجعلوا دعاء الرسول بينكم كدعاء بعضكم بعضا ... (سورة النور : 63)
Padahal Nabi Muhammad lebih mulia daripada Nabi Yahya. Ini berarti mengatakan sayyid untuk Nabi Muhammad juga boleh, bukankah Rasulullah sendiri pernah mengatakan tentang dirinya :
" أنا سيد ولد ءادم يوم القيامة ولا فخر "  رواه مسلم و احمد
Maknanya : "Saya adalah penghulu manusia di hari kiamat"  (H.R. Muslim dan Ahmad)
Jadi boleh mengatakan " اللهم صل على سيدنا محمد " meskipun tidak pernah ada pada lafazh-lafazh shalawat yang diajarkan oleh Nabi (ash-Shalawat al Ma'tsurah). Karena menyusun dzikir tertentu; yang tidak ma'tsur boleh selama tidak bertentangan dengan yang ma'tsur. Sayyidina umar dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim menambah lafazh talbiyah dari yang sudah diajarkan oleh Nabi, lafazh talbiyah yang diajarkan oleh Nabi adalah :
" لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك ، لا شريك لك "
Umar menambahkan :
"لبيك اللهم لبيك وسعديك ، والخير في يديك، والرغباء إليك والعمل"
Ibnu Umar juga menambah lafazh tasyahhud menjadi :
" أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له "
Ibnu Umar berkata : " وأنا زدتها "  ; "Saya yang menambah       وحده لا شريك له ". (H.R. Abu Dawud)
Karena itulah al Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al Bari, Juz. II, hlm. 287 ketika menjelaskan hadits Rifa'ah ibn Rafi', Rifa'ah mengatakan : Suatu hari kami sholat berjama'ah di belakang Nabi shallallahu 'alayhi wasallam, ketika beliau mengangkat kepalanya setelah ruku' beliau membaca : سمع الله لمن حمده , salah seorang makmum mengatakan:  " ربنا ولك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه " , maka ketika sudah selesai sholat Rasulullah bertanya : "Siapa tadi yang mengatakan kalimat-kalimat itu ?" , Orang yang mengatakan tersebut menjawab: Saya , lalu Rasulullah mengatakan :
" رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أول
Maknanya : "Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berlomba untuk menjadi yang pertama mencatatnya".
al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : "Hadits ini adalah dalil yang menunjukkan;
-          Bolehnya menyusun dzikir di dalam sholat yang tidak ma'tsur selama tidak menyalahi yang ma'tsur.
-          Boleh mengeraskan suara berdzikir selama tidak mengganggu orang di dekatnya.
-          Dan bahwa orang yang bersin ketika sholat boleh mengucapkan al Hamdulillah tanpa ada kemakruhan di situ". Demikian perkataan Ibnu Hajar.
Jadi boleh mengatakan " اللهم صل على سيدنا محمد "  dalam sholat sekalipun karena tambahan kata sayyidina ini tambahan yang sesuai dengan asal dan tidak bertentangan dengannya.



Senin, 09 Desember 2013

Izrail Masukkan Roh Ke Badan Adam AS

      Dijadikan pada tubuh Adam ada sembilan rongga atau liang. Tujuh buah liang di kepala, dan dua buah liang di bawah badan letaknya. Tujuh buah letaknya di kepala: Dua liang mata, dua liang telinga, dua liang hidung, dan sebuah liang mulut. Yang dua macam di bawah: Sebuah liang kemaluan dan liang dubur.
Dijadikan pula lima buah panca indera:
1.   Mata alat penglihatan.
2.   Hidung alat penciuman.
3.   Telinga alat pendengaran.
4.   Mulut alat perasa manis, masin dan sebagainya.
5.   Anggota tubuh lainnya seperti kulit, telapak tangan, untuk perasa, halus, kasar, dan sebagainya.
Ketika Allah akan jadikan Adam, tanah itu dicampuri air tawar, air masin, air hanyir, angin dan api. Kemudian Allah resapkan Nur kebenaran dalam diri Adam dengan berbagai macam "Sifat”. Lalu tubuh Adam itu digenggam dengan genggaman "Jabarut" kemudian diletakkan di dalam "Alam Malakut."
Sesungguhnya tanah yang akan dijadikan "Tubuh Adam" adalah tanah pilihan. Maka sebelum dijadikan patung, tanah itu dicampurkan dengan rempah-rempah, wangi-wangian dari Nur Sifat Allah, dan disirami dengan air hujan "Bahrul-Uluhiyah." Kemudian tubuh itu dibenamkan dengan air "Kudral- 'lzzah-Nya," yaitu sifat "Jalan dan Jammal", lalu diciptakan menjadi tubuh Adam yang sempurna.
Coba perhatikan fiman Allah dalam surah Ad-Dahr, ayat satu sebagaimana yang berbunyi sebagai berikut: "Apakah tidak datang kepada manusia khabar berita suatu zaman yang tidak dapat disebut-sebutkan menurut perhitungan manusia?"
Yang maksudnya Allah ciptakan alam semesta dan temasuk Adam dalam waktu yang sangat lama, yang tidak dapat ditaksir dan dikira-kira menurut perhitungan manusia zaman sekarang.
Menurut keterangan ulama, ketika tubuh Adam diselubunginya dalam waktu 120 tahun, 40 tahun di tanah yang kering, 40 tahun di tanah yang basah, dan 40 tahun yang hitam dan berbau. Kemudian Allah rubah tubuh Adam dengan rupa kemuliaan. Maka tertutuplah pemandangan mata malaikat daripada melihat hakikat yang sebenamya. Mereka memandang rendah akan bakal kejadian Adam lantaran menurut penglihatan yang nyata asal kejadian Adam. Tiada lain sebabnya dari kurang makrifat mereka. Memang para malaikat telah mengetahui bahwa Adam ini akan menjadi khalifah Tuhan di dunia. Sudah tentu mereka merasa heran, mengapa orang yang akan menjadi khalifah Tuhan demikian asal kejadiannya. Sedangkan bangsa malaikat asal kejadian mereka dari cahaya.
Demikian pula roh, ketika itu diperintah masuk ke dalam tubuh Adam, ia pun merasa enggan. Segan dan malas untuk masuk ke tubuh Adam yang masih merupakan patung yang kini sudah mengeras seperti batu. Roh itu bukan masuk, malah ia berputar-putar, mengelilingi patung Adam yang terlantar di situ dikelilingi malaikat yang menyaksikan seperti Jibril, Mikail, Israfil, Izra'il dan lain-lain malaikat lagi.
Kemudian Allah menyuruh malaikat Izra'il untuk memaksa roh itu masuk ke dalam tubuh Adam. Akhirnya mau tidak mau roh itu menyerah kepada Izra' il.

Ia dimasukkan ke dalam tubuh Adam, lalu roh itu masuk perlahan-lahan sehingga ke kepalanya yang mengambil masa selama 200 tahun. Demikianlah Allah memberi kekuatan kepada Izra'il untuk memasukkan roh ke dalam tubuh Adam. Dahulu Izra'il ditugaskan mengambil tanah untuk Adam, dan kini dia pula ditugaskan untuk mencabut nyawa umat manusia.
Setelah ia meresap ke kepala Adam, maka terjadilah otak dan tersusunlah urat-urat sarafnya dengan sempurna. Kemudian terjadilah matanya seketika itu matanya terus terbuka melihat dan melirik ke kiri dan ke kanan. Dan juga melihat ke bawah di mana sebagian dari badannya masih merupakan tanah keras. Dilihatnya kiri dan kanan para malaikat yang sedang menyaksikan kejadian dia. Ketika itu telinga Adam telah dapat mendengar para malaikat mengucap tasbih memuji kebesaran Allah, dengan bemacam-macam ucapan kalimat tasbih dengan suara merdu dan mengasikkan.
Kemudian ketika roh sampai ke hidungnya lalu ia bersin, serta mulutnya terbuka. Ketika itu Allah ajarkan mengucap Alhamdulillah. Itulah ucapan Adam pertama kali ke hadirat Allah. Lalu Allah berkata: "Yarkhamukallaah" yang artinya: "Semoga engkau diberi rahmat Allah."
Oleh karena itu jika orang bersin menjadi ikutan sunat mengucap: "Alhamdulillah" dan orang yang mendengarnya sunat mengucap: Yarkhamukallaah."
Kemudian ketika roh sampai pada dadanya, tiba-tiba saja ia ingin bangun. Padahal sebagian badannya ke bawah masih menjadi tanah keras. Di sini menunjukkan sifat manusia yang suka tergesa-gesa (tidak sabar). Sebagaimana fiman Allah SWT maksudnya: "Dan adalah manusia itu, suka tergesa-gesa."
Maka ketika roh itu sampai di bagian perutnya maka terjadilah susunan isi perut dengan sempurna. Maka seketika itu terasalah lapar. Kemudian terus roh itu meresap sampai ke seluruh tubuh Adam, tangan, kaki, lalu terjadi darah daging dan tulang, urat-urat, berkulit dengan sempurna, yang mana kulit itu kian lama kian bagus dan halus. Begitulah proses kejadian-kejadian tubuh Adam.
Menurut riwayat ketika Adam masih berada di Surga sangat baik sekali kulitnya. Tidak seperti warna kulit kita sekarang ini. Kerana setelah Adam diturunkan ke dunia, terjadilah perubahan warna kulitnya. Sebagai peringatan, yang masih tertinggal warnanya hanya pada kuku manusia. Hal ini kita biasa lihat meskipun orang kulitnya hitam, tapi warna kuku adalah sama, ialah putih kemerah-merahan.
Suatu keterangan bahwa Nabi Adam dikenali dengan gelaran Abul-Basyar: (Bapa segala Manusia) dan Nabi Muhammad SAW pula dengan gelaran "Abul Ruh" atan "Abul Arwah" (Bapa segala roh).
Setelah kejadian Adam sempurna sebagal manusia, maka dialah merupakan jenis makhluk manusia yang pertama. Wajahnya cukup indah, semua malaikat berasa kagum lihat Adam yang begitu menawan. Mereka sama sekali tidak menyangka bahwa makhluk yang asalnya dari tanah kini kelihatan indah dan menawan.
Kemudian Adam dipakaikan dengan pakaian kebesaran dari surga dengan mahkota yang bertahta intan berlian yang menambahkan lagi keagungannya sebagai seorang raja atau khalifah. Setelah itu Adam duduk di atas kursi keemasan yang bertahta permata sambil dikelilingi oleh para malaikat. Kemudian setelah Adam duduk di atas kursi itu, lalu dia di usung oleh empat orang malaikat serta diiringi oleh ribuan malaikat untuk diperkenalkan kepada penghuni di langit yang pertama sehingga ke langit yang ke tujuh sampailah ke surga.
Menurut riwayat mengatakan Adam diarak oleh malaikat selama lebih kurang 100 tahun. Setelah itu barulah Adam dibawa ke surga yaitu tempat Adam mula-mula dijadikan.
Kemudian datanglah Jibril membawa seekor kuda dari surga yang berwarna hijau muda serta bersayap. Baunya sangat harum serta dapat berkata-kata seperti manusia. Di belakang kuda itu terdapat tempat duduk yang lebar. Jibril memegang tali pemacu, Mikail duduk di sebelah kanan Adam manakala Israfil pula duduk di sebelah kiri beliau.
Diceritakan di mana saja Adam pergi dia selalu mengucapkan "Assalamualaikum" yang mana ia dijawab oleh setiap para malaikat dengan "Waa'alaikum salam."

A. Muslimin

Rabu, 04 Desember 2013

Mencari Jati Diri



A. Muslimin

Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia coba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada dokter. Bila hal ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian pula bila ia berhasil kerana sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.

Kemudian apabila tidak juga memperoleh pertolongan dari Allah, maka dipasrahkan dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian kecewa terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktivitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.

Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan mata hati). Bahwa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali kerana ALLAH.

Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka dikaruniailah dia dengan kurnia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.

Senin, 02 Desember 2013

Jibril Mengajar Nabi Nuh membuat Kapal



A. Muslimin

Di saat kaum Nuh melakukan tipu daya untuk membinasakan Nabi Nuh as maka Allah membinasakan mereka semua iaitu dengan mengeluarkan daripada bumi air yang sangat panas dan mencurahkan dari langit air yang sangat sejuk dan mendatangkan angin taufan yang sangat dahsyat di keliling mereka, saat itu binasalah musuh-musuh Nabi Nuh dan selamatlah Nabi Nuh berserta pengikut-pengikutnya yang beriman.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang bersertanya di dalam kapal yang penuh muatan.”
(Asy-Syu’ara’: 119)

Kaum Nuh ingin mengeluarkan Nabi Nuh as. daripada tengah-tengah mereka. Kemudian Allah SWT melakukan tipu daya terhadap mereka. Dan Allah mengeluarkan daripada langit air yang sangat sejuk dan memancarkan air daripada bumi dengan air yang sangat panas.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang mencurah-curah. Dan Kami jadikan bumi memancar mata air-mata air maka bertemulah air-air itu satu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”
(Al-Qamar: 11-12)

Ketika masa azab yang telah ditentukan oleh Allah SWT itu hampir tiba, Allah mengutus Malaikat Jibril as untuk menemui Nabi Nuh as mengajarkan kepada beliau cara-cara menukang kayu, dan Jibril mengatakan bahawa Allah menyuruh Nabi Nuh membuat sebuah kapal.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami.”
(Hud: 37)

Kemudian Nabi Nuh berkata: “Bagaimana cara membuat kapal tersebut? Jibril menjawab: “Potonglah 124000 keping papan, dan pada tiap-tiap keping papan itu tertulis nama Nabi.” Nabi Nuh menjawab: “Sesungguhnya saya tidak mengetahui seluruh nama-nama Nabi tersebut? Allah berfirman: “Wahai Nuh, tugas memotong papan itu adalah tugasmu, sedangkan menyatakan nama-nama nabi itu, Akulah yang akan melakukannya.”

Kemudian Nabi Nuh pun memotong kepingan papan yang pertama, maka kelihatan nama Nabi Adam as. Pada kepingan yang kedua nampak nama Syaits as. Pada kepingan papan yang ketiga nampak nama Idris as. Pada kepingan papan yang keempat nama Nuh as. Demikianlah seterusnya, setiap kali Nabi Nuh selesai memotong papan tersebut maka nampaklah nama seorang Nabi pada papan itu. Yang paling akhirnya adalah Nabi Muhammad SAW, sebagai penutup nabi-nabi, penghias orang orang suci dan penyuluh para wali.

Setelah itu Allah memerintahkan Nabi Nuh as untuk menyiapkan paku-pakunya. Pada setiap paku tercantum nama salah seorang Nabi. Setelah Nabi Nuh as menyiapkan paku, lalu beliau menyatukan kepingan-kepingan papan tersebut dan memakunya. Orang-orang kafir yang melihat pekerjaan Nabi Nuh itu mengejek dan menghinanya. Hal ini dinyatakan Allah SWT dalam firmanNya yang bermaksud:

“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatlah Nuh: “Jika engkau mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun mengejekmu sebagaimana kamu sekalina mengejek (kami).”
(Hud: 38)

Itulah sebagai peringatan yang diberikan oleh Allah, kerana ketika Allah nampakkan nama-nama kekasih-Nya pada kepingan papan itu, maka Allah selamatkan papan itu dan penumpangnya daripada badai dan taufan. Dan ketika Allah menampakkan pada hati orang-orang beriman kecintaan kepada Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, maka Allah selamatkan pula mereka daripada seksaan api Neraka.

Dalam sebuah kisah diceritakan, bahawa ada yang bertanya kepada Abdullah bin Abbas ra. “Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan kami daripada api neraka dan dapat memasukkan kami ke dalam Syurga?”

Ibnu Abbas menjawab: “Hendaklah kamu semua melakukan lima belas perkara. laitu lima dengan lisan, lima dengan anggota badan dan lima dengan hatimu.

Lima dengan lisan itu adalah mengucap kalimah:

Subhanallah, Alhamdulillah, La ilahaillallah, Allahuakhbar, Lahaulawala quwata illa billahil ‘aliil adzhim

Lima dengan anggota badan iaitu solat lima waktu:

Isyak, Subuh, Zohor, Asar, Maghrib.

Lima dengan hati iaitu mencintai lima orang yang dicintai Allah SWT Rasulullah dan sahabat yang empat.

Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.

Kamis, 28 November 2013

KEHUJJAHAN IJMA’


A. Muslimin

Para ulama Ahlussunnah menyepakati bahwa ijma' (kesepakatan) para ahli ijtihad adalah perkara yang haqq, dan orang yang menyalahinya telah tersesat karena ummat Islam tidak akan bersepakat (bersatu) dalam kesesatan. Telah diriwayatkan dengan sahih bahwa sahabat Abu Mas'ud al Badri –semoga Allah meridlainya-  mengatakan :

" إن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة "  (رواه الحافظ ابن حجر)

"Sesungguhnya Allah tidak akan mempersatukan ummat Muhammad di atas kesesatan" (H.R. Ibnu Hajar)
            Ibnu Majah meriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :

"إن أمتي لا تجتمع على ضـلالة ، فإذا رأيتم اختلافا فعليكم بالسـواد الأعظم "

Maknanya: "Sesungguhnya ummatku tidak akan bersatu atas suatu kesesatan, jadi jika kalian melihat adanya perpecahan bergabunglah dengan jumlah yang mayoritas di antara mereka".
            At-Turmudzi juga meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda :

"إن الله لا يجمع أمتي" أو قال: "أمة محمد على ضلالة ، ويد الله مع الجماعة ، ومن شذ شذ إلى النار "

Maknanya : "Sesungguhnya Allah tidak akan mempersatukan ummat-Ku (atau beliau berkata Ummat Muhammad) di atas kesesatan, Allah senantiasa melindungi  al Jama'ah -kelompok mayoritas- dan barang siapa memisahkan diri (dari mayoritas) maka ia akan terpisah di neraka".
Hadits ini menunjukkan bahwa bersatu (berkumpul)-nya kaum muslimin adalah sesuatu yang menghasilkan kebenaran dan yang dimaksud dengan bersatu-nya kaum muslimin adalah ijma'-nya para ulama'.
            Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam at-Talkhish al Habir : "Perkataan ar-Rafi'i : Dan ummat Muhammad terpelihara (maksum) dan tidak akan bersatu atas suatu kesesatan. Ini terdapat dalam hadits yang masyhur, memiliki banyak jalur (thariq) yang masing-masing tidak lepas dari kritik. Di antaranya jalur yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Malik al Asy'ari bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

" إن الله أجاركم من ثلاث خلال : أن لا يدعو عليكم نبيكم لتهلكوا جميعا ، وأن لا يظهر أهل الباطل على أهل الحق ، وأن لا يجتمعوا على ضلالة ".

Maknanya : "Sesungguhnya Allah melindungi (menyelamatkan) kalian dari tiga hal : bahwa Nabi kalian tidak akan mendoakan agar kalian musnah semuanya, ahlul bathil tidak akan pernah mengalahkan ahlul haqq dan kalian tidak akan bersatu di atas kesesatan".
Dalam sanad hadits ini terdapat inqitha' (keterputusan sanad).
At-Tirmidzi dan al Hakim juga meriwayatkan dari Ibnu Umar secara marfu' bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

" لا تجتمع هذه الأمة على ضلال أبدا "

Maknanya : "Ummat ini tidak akan bersatu di atas kesesatan, selamanya".
Dalam hadits ini terdapat Sulaiman ibn Sufyan al Madani, seorang perawi yang dla'if. Al Hakim meriwayatkan beberapa syahid untuk hadits ini.
            Mungkin juga digunakan sebagai dalil untuk masalah ini hadits Mu'awiyah yang marfu' :

"لا يزال من أمتي أمة قائمة بأمر الله لا يضرهم من خذلهم ولا من خالفهم حتى يأتي أمر الله " أخرجه الشيخان

Maknanya : "Akan senantiasa ada di antara ummat ini golongan yang melaksanakan ajaran Allah dengan sempurna, tidak berbahaya bagi mereka orang yang tidak memperdulikan atau menyalahi mereka hingga tiba hari kiamat". (H.R. al Bukhari dan Muslim)
Dalil yang bisa diambil dari hadits ini bahwa dengan adanya kelompok ini yang melaksanakan semua perintah Allah dengan sempurna hingga tiba hari kiamat tidak akan terjadi kesepakatan di atas kesesatan.
            Ibnu Abi Syaibah juga meriwayatkan dari Yasiir bin 'Amr, ia berkata : Kami mengantar Ibnu Mas'ud ketika pergi meninggalkan Madinah, Ibnu Mas'ud singgah sebentar di jalan menuju al Qadisiyyah lalu masuk kebun dan buang air, kemudian ia berwudlu' dan mengusap dua kaos kakinya kemudian keluar dan janggutnya masih menetes air darinya, lalu kami berkata kepadanya : Berilah pesan terpenting bagi kami, karena orang sudah banyak yang terjatuh dalam fitnah  dan kami tidak tahu apakah kami akan bertemu denganmu lagi atau tidak !, Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan :

" اتقوا الله واصبروا حتى يستريح بر أو يستراح من فاجر ، وعليكم بالجماعة فإن الله لا يجمع أمة محمد على ضلالة  "

"Bertakwalah kepada Allah hingga orang yang baik tenang (tidak terganggu) atau orang yang jahat diambil oleh Allah, dan tetaplah bersatu dengan al Jama'ah karena Allah tidak akan menyatukan ummat Muhammad di atas kesesatan".
Sanad hadits ini sahih, dan hal semacam ini tidak mungkin dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dari pendapat pribadinya, malainkan diambil dari Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam.  Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dengan jalur lain dari Nu'aym ibn Abi Hind bahwa Abu Mas'ud keluar meninggalkan Kufah, maka beliau mengatakan :

 "وعليكم بالجماعة فإن الله لم يكن ليجمع أمة محمد على ضلال "

"Dan tetaplah bersatu dengan al Jama'ah karena Allah tidak akan menyatukan ummat Muhammad di atas kesesatan".
            Ad-Darimi juga meriwayatkan dari 'Amr ibn Qays secara marfu' :

" نحن الآخرون ونحن السابقون يوم القيامة "وفي آخره : "وإن الله وعدني في أمتي وأجارهم من ثلاث : لا يعمهم بسنة ، ولا يستأصلهم عدو ، ولا يجمعهم على ضلالة ".

Maknanya : "Kami adalah ummat yang terakhir dan paling awal masuk surga di hari kiamat" , dan di akhir hadits ini : "Dan sesungguhnya Allah berjanji kepadaku untuk ummatku dan melindungi mereka dari tiga hal : tidak terkena kelaparan yang merata, tidak akan dihabisi oleh musuh dan tidak akan disatukan di atas kesesatan". (H.R. ad-Darimi)
            Al Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya dari Abu Dzarr secara marfu' bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

" اثنان خيـر من واحد وثلاث خيـر من اثنين وأربعة خيـر من ثلاثة ، فعليكم بالجماعة فإن الله عز وجل لن يجمع أمتي إلا على هدى "

Maknanya : "Dua orang lebih selamat dari jika orang sendirian, tiga orang lebih baik dari dua orang dan empat orang lebih baik dari tiga, jadi tetaplah bersatu dengan al Jama'ah karena Allah tidak akan menyatukan ummat-ku kecuali di atas petunjuk dan  kebenaran".
            Kebenaran ijma' ini juga telah dijelaskan oleh sekian banyak ulama Ahlussunnah dan mereka menegaskan bahwa ijma' tidaklah khusus terjadi pada masa sahabat saja. Di antara para ulama tersebut adalah al Imam asy-Syafi'i, ath-Thahawi, as-Subki, az-Zarkasyi, al Khathib al Baghdadi, al Asfarayini, Ibnu Amiir al Hajj dan lain-lain.
            Bahkan telah dinukil dengan sahih bahwa al Imam Ahmad menukil ijma' dalam beberapa masalah sebagaimana dinyatakan oleh al Imam Ibnu al Mundzir, al Hafizh Ibn al Jawzi dan lainnya.
            Allah ta'ala berfirman :

 )ومن يشاقق الرسول من بعد ما تبين له الهدى ويتبع غيـر سبيل المؤمنين نوله ما تولى ونصله جهنم وساءت مصيـرا   (سورة النساء : 115 )
Maknanya: “Dan barang siapa yang menentang Rasulullah setelah jelas baginya kebenaran dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mukmin, maka kami biarkan ia leluasa dalam kesesatan yang ia kuasai itu (Allah biarkan mereka bergelimang dalam kesesatan) dan kami masukkan ia ke dalam neraka jahannam. Dan jahannam adalah seburuk-buruk tempat kembali” (Q.S. an-Nisa: 115)
Al Qurthubi mengatakan dalam Tafsir-nya : "Para ulama' mengatakan tentang ayat ini : ayat ini adalah dalil kebenaran mengikuti ijma'". Ibnu Katsir mengatakan dalam Tafsir-nya: "Yang dijadikan referensi oleh al Imam asy-Syafi'i dalam berhujjah bahwa ijma'  adalah hujjah yang haram untuk disalahi adalah ayat ini, ini beliau temukan setelah merenung dan berfikir lama. Ini termasuk istinbath yang sangat bagus dan sangat kuat".